TARI TOPENG CIREBON YANG IKONIK

Cirebon???
Sekarang siapa yang tidak kenal dengan kota kecil yang terletak di perbatasan
antara Jawa Barat dan Jawa Tengah ini. Kota dengan berbagai macam tradisi yang
masih sangat terjaga kekentalannya. Saat ini makin banyak wisatawan yang
tertarik untuk mengunjungi kota kecil dengan sebutan kota udang ini. Banyak
dari mereka merasa tertarik dengan wisata-wisata Cirebon yang sedang pesat saat
ini. Selain wisata nya yang menjadi tujuan utama wisatawan banyak dari mereka
juga yang tertarik dengan kebudayaan yang ada di Cirebon ini.
Soal
destinasi pariwisata tentu saja dengan sangat mudah di era yang semakin canggih
ini kita dapat menemukan semua wisata yang ada di Cirebon ini. Sayangnya... di
artikel kali ini akan lebih banyak membahas mengenai kebudayaan-kebudayaan apa
saja yang ada di Cirebon ini dan akan dispesifikasikan khusus membahas mengenai
kesenian Tari Topeng Cirebon.
Seperti yang
kita tahu tari topeng ini merupakan kesenian tari dengan menggunakan media topeng.
Beberapa daerah juga memiliki kesenian tari dengan media topeng seperti tari
topeng cirebon, mengutip dari ublik.id terdapat 5 daerah yang memiliki kesenian
tari dengan menggunakan topeng, diantaranya :
1. Tari Topeng
Bali
2. Tari Topeng
Betawi
3. Tari Topeng
Magelang
4. Tari Topeng
Malang, dan
5. Tari Topeng
Cirebon
Ke lima tari
topeng tersebut diatas bagaikan pepatah serupa
tapi tak sama, maksudnya adalah tarian tersebut sama-sama menggunakan media
topeng tapi tentunya tiap daerah memiliki makna dari tarian tersebut yang
berbeda-beda.
Sedikit
membahas mengenai sejarah tari topeng Cirebon dan diambil dari buku The History
of Java karya Thomas Stamford Raffles mendeskripsikan
bahwa kesenian topeng Cirebon merupakan penjabaran dari cerita Panji dimana
dalam satu kelompok kesenian topeng terdiri dari dalang (yang menarasikan
kisahnya) dan enam orang pemuda yang mementaskannya diiringi oleh empat orang
musisi gamelan.
Tari Topeng
Cirebon pada zaman dahulu biasanya dipentaskan menggunakan tempat pagelaran
yang terbuka berbentuk setengah lingkaran, misalnya di halaman rumah, di blandongan (bahasa
Indonesia: tenda pesta) atau di bale (bahasa Indonesia:
panggung) dengan obor sebagai penerangannya, tetapi dengan berkembangnya zaman
dan teknologi, tari Topeng Cirebon pada masa modern juga dipertunjukan di dalam
gedung dengan lampu listrik sebagai tata cahayanya.
Semakin terkenalnya tari topeng dikalangan masyarakat Indonesia membuat
banyak sekali warga Cirebon sendiri yang membuka sanggar tari khusus untuk
kesenian Cirebon khususnya sebagai sarana melatih warga Cirebon yang ingin
mendalami seni tari topeng Cirebon ini.
Salah satu sanggar yang ada di Cirebon yang menerima jasa melatih tari
topeng ini adalah Sanggar Sekar Pandan Cirebon. Pemilik sanggar ini bernama
Bapak Heri Komarahadi. Sanggar Sekar Pandan ini beralamat di Jl. Jagasatru,
Pulasaren, Kec. Pekalipan, Kota Cirebon, Jawa Barat 45116.
Bapak Heri mengatakan bahwa disanggarnya ini terdapat berbagai macam
kesenian yang dapat dipelajari mulai dari seni tari, seni musik, seni rupa dan
seni vokal.
Pada zamannya dahulu tari topeng Cirebon tidak hanya sebagai pagelaran seni
biasa tapi bisa pula menjadi media informasi. “Zaman dulu tari topeng ini bisa
dibilang sebagai tontonan juga tuntunan” ujar Bapak Heri. Menurut ceritanya
pada zaman dulu Tari Topeng Cirebon ini sudah ada sejak abad 14 saat dimana
sudah mulainya islam berkembang di wilayah Cirebon. Waktu itu pada masa
kepemimpinan Sunan Gunung Jati tari topeng dimanfaatkan sebagai media dakwah
untuk menyebarkan agama islam di tanah Cirebon.
“Tari topeng sendiri
menggambarkan tentang sifat-sifat atau simbol manusia dari lahir hingga masa
kejayaannya” Jelas Bapak Heri. Dalam perkembangannya, tari ini pun memiliki bentuk dan penyajian yang
spesifik.Dari sini dikenal lah beberapa macam tari, diantaranya Tari Topeng Kelana, Tari Topeng
Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba dan Tari Topeng Panji. Sebagai tarian yang menggunakan
properti topeng, kelima tari tersebut juga mengusung 5 jenis topeng yang
kemudian dikenal sebagai Panca Wanda.
Seperti disebut dalam kesejarahan tari ini,
awalnya Tari Topeng Cirebon lebih dikonsentrasikan di lingkungan keraton.
Seiring perkembangannya, lama-kelamaan kesenian ini kembali, melepaskan diri
dan dianggap sebagai rumpun tari yang berasal dari tarian rakyat. Sebagai
hasil budaya, Tari Topeng Cirebon mengusung nilai hiburan yang mengandung
pesan-pesan terselubung. Unsur-unsur yang terkandung mempunyai arti simbolik
yang bila diterjemahkan sangatlah menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga
juga memiliki nilai pendidikan.
Bapak Heri menuturkan
bahwa untuk mempelajari tari topeng Cirebon ini membutuhkan waktu minimal
kurang lebih selama tiga bulan dan maksimal enam bulan untuk berlatih.
Mengutip
sedikit dari artikel yang di tulis oleh Waryono S,Sn diartikelnya yang berjudul
Memahami Ragam
Perwatakan Kedok Pada Seni Topeng Cirebon, Waryono menuliskan “Seni topeng sebagai salah satu
kekayaan seni tradisi Cirebon telah lama mendapat perhatian dari masyarakat
pendukungnya. Salah satu genre ini tak habis habisnya terus digali oleh para
peneliti baik dari dalam negeri maupun dari mancanegara. Dalam beberapa catatan
para pakar peneliti yang pernah melakukan kajian terhadap seni topeng didalam
negeri diantaranya; Toto Amsar Suanda, Toto Sudarto, Enoch Atmadibrata, Maman
Suryaatmaja, Endo Suanda, Gaos Hardja Somantri, dan lain-lain. Sedangkan para
peneliti mancanegara yang pernah melakukan penelitian seputar topeng Cirebon
diantaranya; Dina Burton, Laurie Margot Rose dan lain-lain.
Waryono
menjelaskan bahwa Para
peneliti topeng ini melakukan kajiannya terfokus pada aspek yang cukup beragam
namun dalam lingkup seputar topeng Cirebon. Toto Amsar Suanda misalnya mengkaji
seni topeng Cirebon yang lebih memfokuskan pada topeng Panji yang berkaitan
dengan kajian simbolisnya. Toto Sudarto salah seorang dosen ISI Surakarta
pernah mengkaji seni topeng berjudul Topeng babakan Cirebon dari kurun waktu
1900-1990, selanjutnya Endo Suanda seorang pakar etnomusikologi lulusan
Wesleyan University Amerika Serikat berjudul Topeng Cirebon In Its
Social context. Sedangkan peneliti Asing seperti Laurie Margot Rose pada tahun
2009 pernah melakukan penelitan topeng Cirebon dengan judul Journeying,
Adaption, and Translation: Topeng Cirebon at the Margis. Berdasarkan catatan diatas betapa
menariknya potensi topeng Cirebon untuk dikaji, seperti yang telah dilakukan
oleh para peneliti dengan topic yang berbeda, ada yang mengkaji dari aspek
tarinya, aspek simbolis, kajian sosial, bahkan ada pula yang mengkaji dari
beberapa sudut pandang lain.
Wah.... Sampai disini kita jadi
tahu bahwa seni tari topeng Cirebon ini memiliki daya tarik yang sensual, dan
sangat menarik untuk diulik lebih dalam lagi. “Tari topeng harus dilestarikan
karena tari topeng Cirebon merupakan jati diri warga Cirebon dan warisan budaya
yang harus dijaga agar kelak anak cucu nanti bisa melihat apa yang diwariskan
leluhurnya” Jelas akhir dari Bapak Heru Komarudin selaku pemilik dan pendiri
Sanggar Pandan Cirebon.
0 komentar:
Posting Komentar