UNSUR YANG
TERKANDUNG DALAM TARI TOPENG CIREBON
Topeng dalam Bahasa Cirebon
adalah kedok. Topeng atau kedok biasanya terbuat dari kayu atau kertas. Kata
topeng, dalam artinya yang sempit adalah penutup muka. (Suanda, 2009, h.24).
Dengan mengenakan penutup muka berarti juga watak dan sisi emosional penari
berubah, menyesuaikan dengan karakter topeng yg digunakan. Oleh karena itu
penari topeng harus mengesampingkan sisi emosionalnya sendiri dan menyatu
dengan karakter topeng yang digunakan. Dalam setiap karakter topeng yang
digunakan terdapat berbagai unsur-unsur rupa yang merupakan pencitraan bentuk,
emosi dan watak. Suardana (2008) menjelaskan unsur-unsur rupa yang dimaksud
meliputi:
Garis dapat menciptakan berbagai
perwujudan. Perwujudan yang terbentuk oleh garis dapat menimbulkan
kesan yang beragam diantaranya, gerak, arah, atau karakter. Pada topeng,
karakter perwatakan dibentuk oleh garis. Garis 7 hadir pada wujud seperti mata,
rambut, bibir, gigi, serta ragam hias yang lainnya. Peranan garis sangat
menentukan dalam keberhasilan pembuatan topeng khususnya karakter topeng itu
sendiri.
2. Bentuk
Pada umumnya bentuk merupakan
manifestasi fisik dari benda hidup. Oleh karena itu, dalam seni rupa orang
banyak menggunakan kata wujud dari pada bentuk. Wujud dalam topeng sangat
baraneka ragam, ada wujud yang berasal dari manusia, binatang, dewa-dewi, serta
raksasa.
3. Warna
Warna dalam rupa topeng mempunyai
peranan yang sangat penting, yaitu: sebagai simbol dan perlambangan, disamping
sebagai nilai estetik. Warna dalam rupa topeng dapat menentukan karakter atau
perwatakan yang diwujudkan dalam rupa topeng. Berdasarkan uraian tersebut maka
topeng yang digunakan dalam Tari Topeng Cirebon merupakan pencitaan bentuk
rupa. Sesuai dengan sebutannya yaitu Tari Topeng, yang artinya setiap tari
mengenakan topeng dengan warna dan raut muka yang berbeda-beda, karena
disesuaikan dengan watak atau karakter dari tokoh yang ingin digambarkan
(Sujana, 2015).
Perihal topeng yang digunakan dalam seni tari
topeng Cirebon ini biasanya terbuat dari bahan kayu lunak sehingga mudah
dibentuk, misalnya kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga ataupun kayu Lame. Meski
terbuat dari bahan yang lunak, tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian dalam
pembuatannya. Bahkan bagi seorang
pengrajin ahli, membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari.
Disamping adanya proses pewarisan keahlian dari generasi ke generasi,
kelestarian tradisi pembuatan topeng berkembang seiring dengan perkembangan
kesenian yang menggunakannya, diantaranya adalah Tari Topeng Cirebon. Sebagai sebuah karya seni, topeng dibuat
bukan hanya dipandang sebagai kedok penutup wajah. Dalam filosofi kebudayaan
Cirebon, topeng lebih berfungsi sebagai hiasan bagian depan sorban atau penutup
kepala. Istilah topeng sendiri dalam
lingkup masyarakat Cirebon terbentuk dari dua kata yakni “ketop-ketop”
yang berarti berkilauan dan “gepeng” yang berarti pipih. Kedua istilah
tersebut mewakili sebuah elemen yang ada di bagian muka sobrah atau tekes,
yaitu hiasan di kepala sang penari.Topeng Cirebonan
hadir dalam beragam jenis, namun ada lima topeng utama yang biasa ditampilkan
dan dikenal dengan Topeng Panca Wanda (topeng lima wanda atau lima rupa),
diantaranya sebagai berikut :
1. Topeng Panji (menggambarkan bayi yang baru lahir)
Diwujudkan dengan karakter topeng
yang berwarna putih bersih dan tanpa ornamentasi yang rumit hanya pada bagian
dahi. Penambahan unsur garis dan warna yang membentuk bibir, gigi dan bagian
mata. Tari
Panji adalah tarian pembuka yang ditarikan pada urutan pertama. Dalam topeng
Cirebon Tari Panji termasuk dalam karakter halus dan lemah 11 lembut. Gerak
tari yang dihadirkan menggambarkan perwujudan dari sosok yang teguh hati,
sangat menjaga perilakunya dan tidak terpengaruh oleh hiruk pikuk duniawi.
Salah satu gerakannya juga menggambarkan sosok yang sedang berdiri kokoh,
artinya seseorang yang mempunyai pendirian yang teguh, dalam keyakinanya kepada
Allah. Tergambar saat pementasannya, meskipun musik pengiringnya sangat kencang
namun gerak tarinya sangat minim.
2. Topeng Pamindo (menggambarkan anak-anak)
Diwujudkan dengan karakter topeng
yang berwarna putih dengan hiasan didahinya dan dipipinya, serta adanya rambut
yang berwarna hitam. Matanya liyep, hidungnya sedikit mendongkak dan bibirnya
sedikit terbuka sehingga memperlihatkan giginya, menggambarkan seorang yang
genit dan sedang tertawa terkekeh-kekeh. Gerak
tarinya menggambarkan hasrat atau keinginan untuk menunjukan sesuatu yang telah
dimilikinya. Gerakannya lincahan, luwes, serta lucu namun terburu-buru.
3. Topeng Tumenggung (menggambarkan remaja)
Diwujudkan dengan karakter topeng
berwarana coklat muda, orange dan coklat. Dengan mata yang besar disertai
dengan mulai tumbuhnya kumis dan jambang, serta adanya kerutan pada bagian
dahi. Tumenggung merupakan penggambaran dari nafsu lauwamah dengan simbol warma
hitam. Gerak tari yang dihadirkan menggambarkan perwujudan dari sosok yang
dewasa, kuat dan gagah. Tokoh Patih yang sedang dalam masa kejayaan,
mendapatkan kekuasaan dan kekayaan didunia. Salah satu gerakannya menggambarkan
seseorang yang sedang melangkah, artinya seseorang yang sedang mendapatkan
kejayaan jangan sampai salah melangkah.
4. Topeng Klana (menggambarkan kedewasaan)
Diwujudkan dengan karakter topeng
berwarna merah dengan mata yang besar dan terbelalak, berkumis tebal dan
jambang yang lebat. Perwujudan dari sifat kedewasaan, amarah dan kesombongan,
dengan warna topeng yang merah. Klana menggambarkan nafsu amarah. Gerakannya gagah menggunakan
tenaga yang tegas, kasar dan kuat serta jangkauan ruang yang luas. Gerak tari
yang dihadirkan menggambarkan perwujudan dari sosok yang gagah, kasar dan
angkuh. Tokoh yang dihadirkan merupakan sosok yang salah melangkah dan
terjerumus hawa nafsu atau keinginan duniawi. Salah satu gerakannya
menggambarkan seseorang yang sedang tertawa disertai dengan menunjuk diri sendiri,
artinya seseorang yang sombong.
5. Topeng Rumyang (menggambarkan usia senja)
Gerak tari menggambarkan tokoh
yang memiliki karakter riang gembira dan penuh kehati-hatian. Sebagai gambaran
dari manusia yang sudah terlepas dari hawa nafsu dan mulai menata diri untuk
kembali kejalan Allah. Gerak tari yang dihadirkan menggambarkan perwujudan dari
sosok penuh kehatihatian. Salah satu gerakannya pun menggambarkan sosok yang
sedang bercermin, artinya seseorang yang sedang melihat dan mengoreksi diri
sendiri.
Kelima Wanda dalam Tari Topeng
Cirebon menggambarkan proses perjalanan manusia dari mulai didalam kandungan
atau kehidupan sampai kematian, dari keberadaan menjadi ketidakberadaan. Penari
Topeng oleh masyarakat Cirebon disebut ki dalang. Dalang Topeng dipercaya
sebagai seseorang yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan berkah. Dalang
Topeng juga merupakan orangorang pilihan yang dapat menarikan Topeng Panji
(Rina, 2014, hal.11). Topeng yang digunakan penari topeng biasanya terbuat dari
kayu yang diukir menyerupai bentuk rupa tertentu seperti, muka manusia, hewan
dan makhluk lain yang diyakini keberadaannya.
0 komentar:
Posting Komentar