Sabtu, 18 Januari 2020

TARI TOPENG KELANA

0 komentar

Tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali menciptakan tari topeng kelana. Yang pasti, tari ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari. Hal tersebut salah satunya dibuktikan oleh adanya catatan dalam Kitab Negara Kertagama yang menggambarkan Raja Hayam Wuruk sedang menari dengan menggunakan topeng yang terbuat dari emas.
Berdasarkan sumber tersebut, dahulu tari topeng kelana diyakini sebagai tari yang hanya dipentaskan di dalam lingkungan kerajaan. Tari ini dibawakan oleh raja dan hanya dipertontonkan kepada perempuan dalam lingkungan kerajaan, seperti para istri raja, mertua, hingga ipar perempuan raja. Karenanya, dahulu tari topeng kelana dinilai lebih bersifat spiritual daripada sebagai hiburan. Secara umum, tari topeng kelana terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian baksarai dan ngedok. Baksarai merupakan pementasan tari ketika belum mengenakan topeng, sedangkan ngedok merupakan bagian saat para penari sudah mengenakan topeng. Tari topeng kelana biasanya dipentaskan oleh laki-laki, tapi pakem tersebut telah berubah.
Sejalan dengan perkembangannya, kini perempuan juga banyak yang mementaskan tarian topeng kelana. Tari topeng kelana biasa dipentaskan oleh 4-6 orang penari. Gerakan dalam tari ini cenderung energik dan bersemangat, tapi tetap memerlukan keluwesan untuk bisa mementaskannya. Dilihat dari gerakan dan topeng yang dikenakan, tari ini merupakan penggambaran seseorang yang berperilaku buruk, serakah, arogan layaknya tokoh Rahwana dalam pewayangan.
Setelah jatuhnya Majapahit (1525) , tarian ini kemudian dilestarikan oleh para Sultan dari Demak.Bukan karena tariannya yang hinduistik, tapi karena tariannya bersifat transenden (mengacu kepada sesuatu yang di luar batas pengetahuan dan kesanggupan manusia, yaitu Tuhan) . Tetapi unsur islam pun dimasukkan.
Dari Demak tarian ini terbawa bersama penyebaran pengaruh daqri Politik Demak . Dan Demak memperluas pengaruh kekuasaan dan Islamisasinya di seluruh daerah pesisir Jawa, ke arah barat sampai di Keraton Cirebon.
Tari Topeng Cirebon memiliki ciri khasnya masing-masing di setiap daerah . Ada yang versi Losari , Selangit , Indramayu , Gegesik dan lain - lain. Perbedaan tari topeng dari setiap versi bisa dari penjiwaannya , gerakannya , kostum yang dikenakan,musik pengiring, dan lain-lain .
TARI TOPENG DEFINISI KELANA
Menurut (Hawkins: 1990, 2) . : pengertian Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta .
 Sedangkan Menurut pendapat seorang seniman dari ujung Gebnag  –  Susukan  –  Cirebon , Marsita, Kata Topeng berasal dari kata “Taweng “ yang berati tertutup atau menutupi . berdasarkan asal katanya tersebut maka Tari Topeng adalah sebuah seni Tari tradisional masyarakat Cirebon yang secara spesifik menonjolkan penggunaan untuk penutup muka berupa topeng / kedok oleh para penari pada waktu pemantasannya .
Sedangkan Klana mengandung arti kembara / mencari . Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar. Beriktiar dengan ikhlas dan dengan cara yang halal, ketika sudah mencapai kesuksesan , kita harus tetap bersyukur dan tawadhu. q Jadi Tari Topeng Klana adalah sebuah tari tradisional masyarakat Cirebon yang menggunakan Topeng dan setiap gerakannya mengandung simbol atau makna bahwa dalam hidup kita wajib berikhtiar dalam segala hal.


Sejarah dan asal-usul Tari Topeng Kelana / Klana
Tokoh yang diambil oleh Tari Topeng Kelana ini berasal dari Cerita Panji, Yaitu kelana Bandopati yang jahat , sombong dan serakah . Klana ingin menikahi candra kirana karena dia dijanjikan untuk menguasai kerajaan Urawan, padahal dia sudah kaya dan seorang raja dikerajaan Banatarangin, namun Candrakirana mencintai Jaka Bluwok .
Dan suatu hari Jaka Bluwok menemui Candrakirana dan pertemuan ini diketahui Klana Klana pun marah dan menubruk Jaka Bluwok sambil meneriakinya maling namun Jaka Bluwok berhasil kabur , Klana pun mengejarnya, akan tetapi Klana salah menangkap orang, dan yang dia tangkap adalah Pagutan, dan Pagutan pun disanderanya .
Atas desakan Palasentika, Klana melepaskan Pagutan, dan akan tetapi Klana sangat marah pada Pagutan dan merekapun bertengkar dan terjadilah peperangan sengit.  Klana dipanah Pagutan dan kalah, dan diapun kembali ke asalnya.
PERKEMBANGAN TARI TOPENG KELANA
Saat ini Tari Topeng tidak hanya dipentaskan di keraton,tapi sudah mulai dikenal masyarakat Indonesia melalui TV dan channel-channel yang menyiarkan tentang budaya lokal . Tari Topeng Kelana / Klana sudah mulai dipentaskan hingga keluar negeri.
 Pada Tahun 1977, Mimi Sawitri (Tokoh Tari Topeng) dan rombongan diundang oleh Pemerintah AS untuk mementaskan Tari Topeng Klana di New York. Mereka juga pernah tampil di Osaka dan Jepang pada tahun 1989, dan Mereka juga tampil di Hongkong pada tahun yang sama .
Dan masih banyak lagi negara-negara yang mereka kunjungi untuk mementaskan Tari Topeng Klana Tahun 1970-an merupakan tahun keemasan bagi Tari Topeng Klana untuk pementasannya.
MAKNA TARI TOPENG KELANA
Makna Tari topeng Klana adalah gambaran seseorang yang bertabiat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu.  Tari Topeng Klana memvisualisasikan sisi “gelap” yang pasti ada dalam diri manusia.  Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar dalam segala hal.
KOSTUM DARI MASA KEMASA
Masa Hindu-Budha di relief Borobudur, baju tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam pertunjukan, tetapi kain hiasan dikepala dan kain penutup kaki telah digunakan. Masa Islam di Jawa, gambaran kostum tari topeng terdapat pada naskah ’Damar Wulan’, dimana penutup tubuh atau baju tidak digunakan, tetapi hiasan kepala seperti gelungan telah digunakan,termasuk kain penutup dan celana.
Awal abad 18 dalam catatan Raffles, kostum tari topeng terlihat tidak menggunakan baju atau penutup tubuh, tetapi telah ada pemberian kain selendang yang dililitkan pada leher sebatas dada. Pada bagian kaki telah digunakan celana sepanjang mata kaki, kain penutup kaki dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran.
Pada tahun 1879 penari topeng telah menggunakan kain penutup berupa kemben, celana sepanjang mata kaki, kain panjang sebagai penutup kaki dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran.
Pada awal abad 19, pertunjukan topeng mulai dipentaskan di jalanan, penari tidak menggunakan baju. Celana, kain dan hiasan kepala tetap digunakan  Tahun 1938, tari topeng mulai ditarikan oleh perempuan, dan kostum yang digunakan berupa kemben, kain panjang dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran . Tahun 1970an baju telah digunakan sebagai penutup tubuh, celana sebatas lutut yang disebut sontog dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran.
Gerakan Tari Topeng Klana Dan Maknanya
Pokok – pokok Tari Topeng Cirebon ada 9 (sembilan) gerakan dan maknanya, yaitu:
1. Adeg-adeg : Berdiri agar tidak tergoyahkan
 2. Pasangan : memberikan suri tauladan dengan berbuat kebajikan dan kebaikan
3. Capang : Ringan tangan memberi pertolongan kepada yang membutuhkan
4. Banting Tangan : Senantiasa Bekerja Keras
5. Jangkung Ilo : Mengukur keinginan kita dengan kemampuan yang ada
 6. Godeg : Geleng kepala artinya bila melihat manusia lain kesusahan kita wajib menolongnya
7. Gendut : Dalam hidup bermasyarakat, kita tidak boleh gemuk sendiri, tapi harus berbagi kesejahteraan dengan orang lain.
8. Kenyut : Kepincut pada hal-hal positif dan konstruktif 9. Nindak / Njanda : Bertindak dan berbuat yang diridhoi Allah SWT
Kesembilan gerakan tersebut disesuaikan dengan lubang yang terdapat pada tubuh manusia, yaitu sebagai berikut :
 a. Dua lubang mata
 b. Dua lubang telinga
 c. Dua lubang hidung
 d. Dua lubang pengeluaran
 e. Satu lubang mulut
MUSIK PENGIRING TARI TOPENG KLANA
·         Lagu yang digunakan tari topeng klana bandopati adalah Gonjing dan diteruskan dengan Sarung Ilang.
·         Lagu ini dimainkan dengan gamelan yang menyimbolkan rukun iman.
·         Laras yang dipakai adalah laras pelog (bertangga diatonis).
·         Berdasarkan ritme irama gamelan, terdapat 4 bagian dalam tarian dari yang terlambat sampai tercepat yaitu dodoan, tengahan, kering dan . Di akhir tari, pemain gamelan memainkan transisi dengan halus yang disebut jiro untuk menandakan bahwa performance sudah selesai.

Fungsi Tari Topeng Kelana / Klana
 Pada Awalnya Tari Topeng Klana menjadi bagian dari Tari Topeng Cirebon dalam proses penyebaran Agama Islam.
 Sebagai seni untuk menghibur, masyarakat Tari Topeng Kelana biasanya dilakukan untuk acara ; hajatan / dinaan, topeng bebarang / ngamen, dan upacara komunal / ngunjung, ngarot, sedekah bumi, mapag sri, dan lain-lain.
Tari Klana juga biasa dipentaskan untuk sebagai arti bahwa ditempat tinggal mereka musim paceklik, tetapi di tempat lain musim panen.

x

0 komentar:

Posting Komentar