Tidak ada
yang tahu pasti siapa yang pertama kali menciptakan tari topeng kelana. Yang
pasti, tari ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari. Hal tersebut salah
satunya dibuktikan oleh adanya catatan dalam Kitab Negara Kertagama yang
menggambarkan Raja Hayam Wuruk sedang menari dengan menggunakan topeng yang
terbuat dari emas.
Berdasarkan sumber tersebut, dahulu tari topeng kelana
diyakini sebagai tari yang hanya dipentaskan di dalam lingkungan kerajaan. Tari
ini dibawakan oleh raja dan hanya dipertontonkan kepada perempuan dalam
lingkungan kerajaan, seperti para istri raja, mertua, hingga ipar perempuan
raja. Karenanya, dahulu tari topeng kelana dinilai lebih bersifat spiritual
daripada sebagai hiburan. Secara umum, tari topeng kelana terdiri dari dua
bagian utama, yaitu bagian baksarai dan ngedok. Baksarai merupakan pementasan
tari ketika belum mengenakan topeng, sedangkan ngedok merupakan bagian saat
para penari sudah mengenakan topeng. Tari topeng kelana biasanya dipentaskan
oleh laki-laki, tapi pakem tersebut telah berubah.
Sejalan dengan perkembangannya, kini perempuan juga
banyak yang mementaskan tarian topeng kelana. Tari topeng kelana biasa
dipentaskan oleh 4-6 orang penari. Gerakan dalam tari ini cenderung energik dan
bersemangat, tapi tetap memerlukan keluwesan untuk bisa mementaskannya. Dilihat
dari gerakan dan topeng yang dikenakan, tari ini merupakan penggambaran
seseorang yang berperilaku buruk, serakah, arogan layaknya tokoh Rahwana dalam
pewayangan.
Setelah jatuhnya Majapahit (1525) ,
tarian ini kemudian dilestarikan oleh para Sultan dari Demak.Bukan karena
tariannya yang hinduistik, tapi karena tariannya bersifat transenden (mengacu
kepada sesuatu yang di luar batas pengetahuan dan kesanggupan manusia, yaitu
Tuhan) . Tetapi unsur islam pun dimasukkan.
Dari Demak tarian ini terbawa bersama
penyebaran pengaruh daqri Politik Demak . Dan Demak memperluas pengaruh
kekuasaan dan Islamisasinya di seluruh daerah pesisir Jawa, ke arah barat
sampai di Keraton Cirebon.
Tari Topeng Cirebon memiliki ciri
khasnya masing-masing di setiap daerah . Ada yang versi Losari , Selangit ,
Indramayu , Gegesik dan lain - lain. Perbedaan tari topeng dari setiap versi
bisa dari penjiwaannya , gerakannya , kostum yang dikenakan,musik pengiring,
dan lain-lain .
TARI TOPENG DEFINISI KELANA
Menurut (Hawkins: 1990, 2) . :
pengertian Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan
diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis
dan sebagai ungkapan si pencipta .
Sedangkan Menurut pendapat seorang seniman
dari ujung Gebnag – Susukan – Cirebon
, Marsita, Kata Topeng berasal dari kata “Taweng “ yang berati tertutup atau
menutupi . berdasarkan asal katanya tersebut maka Tari Topeng adalah sebuah
seni Tari tradisional masyarakat Cirebon yang secara spesifik menonjolkan
penggunaan untuk penutup muka berupa topeng / kedok oleh para penari pada waktu
pemantasannya .
Sedangkan Klana mengandung arti kembara
/ mencari . Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar. Beriktiar dengan
ikhlas dan dengan cara yang halal, ketika sudah mencapai kesuksesan , kita
harus tetap bersyukur dan tawadhu. q
Jadi Tari Topeng Klana adalah sebuah tari tradisional masyarakat Cirebon yang
menggunakan Topeng dan setiap gerakannya mengandung simbol atau makna bahwa
dalam hidup kita wajib berikhtiar dalam segala hal.
Sejarah dan asal-usul Tari Topeng Kelana
/ Klana
Tokoh yang diambil oleh Tari Topeng
Kelana ini berasal dari Cerita Panji, Yaitu kelana Bandopati yang jahat ,
sombong dan serakah . Klana ingin menikahi candra kirana karena dia dijanjikan
untuk menguasai kerajaan Urawan, padahal dia sudah kaya dan seorang raja
dikerajaan Banatarangin, namun Candrakirana mencintai Jaka Bluwok .
Dan suatu hari Jaka Bluwok menemui
Candrakirana dan pertemuan ini diketahui Klana Klana pun marah dan menubruk
Jaka Bluwok sambil meneriakinya maling namun Jaka Bluwok berhasil kabur , Klana
pun mengejarnya, akan tetapi Klana salah menangkap orang, dan yang dia tangkap
adalah Pagutan, dan Pagutan pun disanderanya .
Atas desakan Palasentika, Klana
melepaskan Pagutan, dan akan tetapi Klana sangat marah pada Pagutan dan
merekapun bertengkar dan terjadilah peperangan sengit. Klana dipanah Pagutan dan kalah, dan diapun
kembali ke asalnya.
PERKEMBANGAN TARI TOPENG KELANA
Saat ini Tari Topeng tidak hanya
dipentaskan di keraton,tapi sudah mulai dikenal masyarakat Indonesia melalui TV
dan channel-channel yang menyiarkan tentang budaya lokal . Tari Topeng Kelana /
Klana sudah mulai dipentaskan hingga keluar negeri.
Pada Tahun 1977, Mimi Sawitri (Tokoh Tari
Topeng) dan rombongan diundang oleh Pemerintah AS untuk mementaskan Tari Topeng
Klana di New York. Mereka juga pernah tampil di Osaka dan Jepang pada tahun
1989, dan Mereka juga tampil di Hongkong pada tahun yang sama .
Dan masih banyak lagi negara-negara yang
mereka kunjungi untuk mementaskan Tari Topeng Klana Tahun 1970-an merupakan
tahun keemasan bagi Tari Topeng Klana untuk pementasannya.
MAKNA TARI TOPENG KELANA
Makna Tari topeng Klana adalah gambaran
seseorang yang bertabiat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa
mengendalikan hawa nafsu. Tari Topeng
Klana memvisualisasikan sisi “gelap” yang pasti ada dalam diri manusia. Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar
dalam segala hal.
KOSTUM DARI MASA KEMASA
Masa Hindu-Budha di relief Borobudur,
baju tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam pertunjukan,
tetapi kain hiasan dikepala dan kain penutup kaki telah digunakan. Masa Islam
di Jawa, gambaran kostum tari topeng terdapat pada naskah ’Damar Wulan’, dimana
penutup tubuh atau baju tidak digunakan, tetapi hiasan kepala seperti gelungan
telah digunakan,termasuk kain penutup dan celana.
Awal abad 18 dalam catatan Raffles,
kostum tari topeng terlihat tidak menggunakan baju atau penutup tubuh, tetapi
telah ada pemberian kain selendang yang dililitkan pada leher sebatas dada.
Pada bagian kaki telah digunakan celana sepanjang mata kaki, kain penutup kaki
dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran.
Pada tahun 1879 penari topeng telah
menggunakan kain penutup berupa kemben, celana sepanjang mata kaki, kain
panjang sebagai penutup kaki dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran.
Pada awal abad 19, pertunjukan topeng
mulai dipentaskan di jalanan, penari tidak menggunakan baju. Celana, kain dan
hiasan kepala tetap digunakan Tahun
1938, tari topeng mulai ditarikan oleh perempuan, dan kostum yang digunakan
berupa kemben, kain panjang dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran . Tahun
1970an baju telah digunakan sebagai penutup tubuh, celana sebatas lutut yang
disebut sontog dan hiasan kepala berbentuk setengah lingkaran.
Gerakan Tari Topeng Klana Dan Maknanya
Pokok – pokok Tari Topeng Cirebon ada 9
(sembilan) gerakan dan maknanya, yaitu:
1. Adeg-adeg : Berdiri agar tidak
tergoyahkan
2. Pasangan : memberikan suri tauladan dengan
berbuat kebajikan dan kebaikan
3. Capang : Ringan tangan memberi
pertolongan kepada yang membutuhkan
4. Banting Tangan : Senantiasa Bekerja
Keras
5. Jangkung Ilo : Mengukur keinginan
kita dengan kemampuan yang ada
6. Godeg : Geleng kepala artinya bila melihat
manusia lain kesusahan kita wajib menolongnya
7. Gendut : Dalam hidup bermasyarakat,
kita tidak boleh gemuk sendiri, tapi harus berbagi kesejahteraan dengan orang
lain.
8. Kenyut : Kepincut pada hal-hal
positif dan konstruktif 9. Nindak / Njanda : Bertindak dan berbuat yang
diridhoi Allah SWT
Kesembilan gerakan tersebut disesuaikan
dengan lubang yang terdapat pada tubuh manusia, yaitu sebagai berikut :
a. Dua lubang mata
b. Dua lubang telinga
c. Dua lubang hidung
d. Dua lubang pengeluaran
e. Satu lubang mulut
MUSIK PENGIRING TARI TOPENG KLANA
·
Lagu
yang digunakan tari topeng klana bandopati adalah Gonjing dan diteruskan dengan
Sarung Ilang.
·
Lagu
ini dimainkan dengan gamelan yang menyimbolkan rukun iman.
·
Laras
yang dipakai adalah laras pelog (bertangga diatonis).
·
Berdasarkan
ritme irama gamelan, terdapat 4 bagian dalam tarian dari yang terlambat sampai
tercepat yaitu dodoan, tengahan, kering dan . Di akhir tari, pemain gamelan
memainkan transisi dengan halus yang disebut jiro untuk menandakan bahwa
performance sudah selesai.
Fungsi
Tari Topeng Kelana / Klana
Pada Awalnya Tari Topeng Klana menjadi bagian
dari Tari Topeng Cirebon dalam proses penyebaran Agama Islam.
Sebagai seni untuk menghibur, masyarakat Tari
Topeng Kelana biasanya dilakukan untuk acara ; hajatan / dinaan, topeng
bebarang / ngamen, dan upacara komunal / ngunjung, ngarot, sedekah bumi, mapag
sri, dan lain-lain.
Tari
Klana juga biasa dipentaskan untuk sebagai arti bahwa ditempat tinggal mereka
musim paceklik, tetapi di tempat lain musim panen.
x
0 komentar:
Posting Komentar