Kamis, 19 Desember 2019

MACAM-MACAM KESENIAN DI CIREBON (TARLING)

0 komentar



Musik-musik daerah yang tersebar di wilayah Nusantara, antara satu daerah     dengan daerah yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda/beragam.   Perbedaan tersebut terbentuk, serta dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain    karena: bentuk/wujud instrumennya, cara memainkan serta penyajiannya, alat    bahan pembuatannya, dan yang paling utama adalah karena kekhasan pada    penggunaan tangga nada yang dimainkannya.   Dari sekian banyak musik daerah    yang ada, salah satunya adalah Tarling. Tarling ini lebih dikenal di pantai Utara Pulau Jawa bagian Barat, tepatnya    daerah Cirebon dan sekitarnya.  Tarling adalah salah satu jenis kesenian daerah yang    memiliki karakteristik lagu yang unik, baik segi komposisi musik, materi lagu, serta    perkembangannya. Hal itu menyebabkan cukup menarik untuk dijadikan bahan    kajian dan penelitian, dalam memahami eksistensinya di lingkungan masyarakat    pendukungnya.  Tarling sebagai karya intelektual musik khas Cirebon, memberikan andil    mengangkat nilai-nilai budaya cirebon, dalam perkembangannya diperkirakan telah    mengalami perubahan bentuk dan cara pengekspresian.

Perubahan tersebut ditandai    oleh beragamnya jenis irama musik Tarling, seperti: klasik, tarling dangdut, pop,    dan tarling disko. Tarling klasik oleh sebagian pengamat seni Cirebon, dianggap    sebagai sebagai musik identitas dan jati diri melodi Kota Udang (sebutan bagi kota    Cirebon).   Beragamnya musik Tarling yang terus berubah dan berkembang di    masyarakat luas, dikhawatirkan mengurangi fungsi identitas, serta mengalami    distorsi bentuk yang akhirnya bukan mustahil akan semakin jauh dan kehilangan    bentuk aslinya.   Sebagai bentuk kepedulian, wujud kecintaan, serta khawatir akan degradasi di    bidang seni musik khususnya musik daerah, penulis merasa tertarik untuk    melakukan penelitian terhadap keberadaan seni Tarling sebagai identitas musik    daerah Cirebon tersebut.   Disamping itu, penelitian ini diharapkan untuk dapat menambah    daftar atau studi-studi selanjutnya dan menyadarkan akan kebudayaan Indonesia    yang plural.  Daerah Cirebon yang dimaksud di sini adalah daerah bekas Karesidenan    Cirebon atau pada zaman Orde Baru biasa juga disebut Wilayah III Cirebon.  Wilayah ini terdiri dari Kabupaten Cirebon, Kotamadya Cirebon, Kabupaten    Indramayu, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka. Namun karena    keterbatasan waktu, pengkajian dan penelitian hanya dilakukan di wilayah Cirebon   saja.  Tinggi nilai sejarah dan besarnya potensi budaya yang ada di daerah tersebut    menjadi alasan penting kenapa penelitian dilakukan.

Di samping itu di tempat    tersebut kesenian Tarling menurut pengamatan penulis masih ada dan berkembang,    tetapi keberadaannya kurang mendapat perhatian dari masyarakat pendukungnya    sendiri, terutama generasi muda yang nota bene sebagai generasi penerus kesenian    Tarling. Disamping itu, kualitas dan kuantitas Tarling yang didukung kondisi    budaya yang menghargai tarling, diharapkan dapat mengangkat citra budaya daerah    Cirebon. Beberapa permasalahan hasil dari renungan di atas akan berusaha dibedah    menggunakan teori-teori antropologi budaya dab fungsinya di dalam masyarakat.  Awalnya tarling hanya berkembang di daerah Cirebon dan Indramayu namun seiring berjalannya waktu tarling mulai merambah ke daerah tetangga seperti Subang dan Karawang serta daerah pantura Jawa Tengah seperti Brebes, Tegal, dan bagian barat Pemalang. Bahasa dalam lagu tarling yang selaras dengan bahasa keseharian masyarakat menjadi faktor utama penyebaran tarling hingga ke luar daerah asal.  1. Tarling dan Jenisnya Tarling merupakan salah satu jenis kesenian daerah Cirebon, bercirikan    permainan instrumen musik gitar dan suling. Musik dan vokal yang dihasilkan    berlaras pelog. Tarling senantiasa akan berubah, seperti yang telah terjadi dan    diamati pada beberapa karya seni atau musik Tarling, sejak awal perkembangannya    hingga sekarang. Pergeseran atau perubahan tersebut, tidak hanya menyangkut    materi musik saja, melainkan pada pergeseran minat atau pandangan masyarakat    Cirebon terhadap musik Tarling. Kesenian    Tarling saat ini mengalami kesulitan untuk kembali menjadi primadona    kesenian dalam masyarakat Cirebon.

Kehadiran musik selain musik Tarling, dilain    pihak dapat menambah atau memperkaya modifikasi bentuk karya musik Tarling    seperti masuknya unsur-unsur asing yang dianggap positif diasimilisasikan ataupun    dikawinkan dengan musik Tarling yang telah ada.   Kata Tarling berasal dari singkatan dua buah nama alat musik, yakni: gitar, dan    suling. Pengertian Tarling dibawah ini lebih mendekati pengertian Tarling yang    lebih lengkap, jika dilihat dari sudut pandang pendekatan sejarah dan teori musik,    adalah sebagaimana yang terdapat pada Ensiklopedi Indonesia, yakni:   Tarling: musik tradisional muda khas Cirebon, alat musiknya yang    utama terdiri dari gitar dan suling. Singkatan dari gi - tar su - ling    inilah asal nama musik Tarling itu. Lagu-lagu yang dimainkan adalah    laras pelog yang swarantaranya didekatkan kepada skala diatonik.    Dalam nyanyian vokal, laras pelognya tetap dipertahankan seasli    mungkin. Dari Ansambel, Tarling lama- kelamaan berkemebang    menjadi suatu komedi serta tari-tarian yang sederhana (Van    Hoove:1984: 3457).   Definisi Tarling yang lain terdapat dalam makalah yang disajikan pada    lokakarya "Potensi Kesenian Daerah Cirebon dan Pola Pokok Pembinaannya",    yang diselenggarakan pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon, yaitu: "Tarling    adalah kesenian khas daerah Cirebon. Asal kata dari gitar dan suling yang mulai menjadi media hiburan setelah dilengkapi denga waditra lain, seperti: gendang,    tutukan, dan kecrek.

Musik Tarling pada hakikatnya dapat digolongkan menjadi dua bentuk musik    Tarling, yakni:   a) Musik/lagu-lagu Tarling Klasik   b) Musik/lagu-lagu Tarling Irama Cirebon Modern (kreasi baru)   Dari segi irama musik, musik Tarling dapat digolongkan menjadi beberapa    jenis: Tarling Klasik, Tarling Tengdung, Tarling Dangdut, Tarling Pop, Tarling    Disko, dan Tarling Disko Dangdut.   Pola lagu Tarling Klasik umumnya tetap, namun dalam praktiknya tidak selalu    sama persis, karena jenis musik tarling ini memberikan kebebasan untuk    improvisasi. Dalam nyanyian ini dibutuhkan kemempuan penyanyi untuk mampu    secara kreatif dan berinprovisasi, namun tidak keluar dari pola irama dan melodi    khas Cirebon.  2. Musik/lagu-lagu taring klasik Komposisi lagu-lagu Tarling Klasik, pada dasarnya modifikasi dari karya seni    karawitan Cirebon. Umumnya, diciptakan dan dimainkan dalam laras pelog,    seperti: Kiser Saidah, Cerbonan, Dermayonan. Lagu Tarling Klasik mempunyai    bentuk dan pola yang tetap. Umumnya tidak dapat diiringi musik yang dimainkan    secara bentuk akor/chord seperti dalam memainkan musik pop lainnya, instrumen    gitar dimainkan dalam bentuk petikan dan laras pelog yang didekatkan pada laras    diatonis.

Walaupun demikian, akan dijumpai beberapa bentuk lagu Klasik Cirebon,    seperti: Klasik Malela, yang dapat dimainkan dalam iringan bentuk akor/chord,    karena dapat disesuaikan dalam tangga nada minor pada skala diatonis. Warung    Pojok, Penganten Baru, Sumpah Suci, Salah Pilih, dan lain-lain adalah contoh lagu-   lagu dengan irama musik yang dimodifikasi dan tempo irama di percepat. Contoh    lagu Tarling Khas yang sangat cukup terkenal pada awal perkembangan musik ini adalah    Kiser Saidah. Lagu-lagu Tarling Khas Cirebon ini, menjadi dasar pijakan bagi    karya-karya musik/lagu jenis tarling Modern (kekinian).  Itulah beberapa penjelasan dari kesenian tarling yang berasal dari kota cirebon. Cirebon memang layak dijuluki kota budaya, karena warisan seni dan budayanya banyak. Kita sebagai pemuda wajib melestarikan agar seni dan budaya tersebut tidak diklaim negara lain dan tidak pula punah tergerus zaman.

Sumber : Hidayatullah, Riyan. Seni Tarling Dan Perkembangannya Di Cirebon. 2015.
                                      Lampung: Universitas Lampung.

0 komentar:

Posting Komentar