Tari Topeng Cirebon yang saat ini mengalami degradasi makna,
dimana dahulu masyarakat memandang Tari Topeng sebagai sebuah tuntunan Islam
yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah
Cirebon. Namun, saat ini Tari Topeng hanyalah sebuah tontonan semata, dimana
masyarakat mulai melupakan makna-makna dan filosofi dari Tari Topeng khususnya
pada masyarakat perkotaan. Salah satu pemicu terjadinya degradasi ini adalah
komodifikasi kebudayaan, yang mana suatu kebudayaan harus mengikuti
perkembangan jaman agar tetap bertahan. Perubahan-perubahan ini terjadi pada
Tari Topeng Cirebon, yang mana Tari Topeng Cirebon seiring berjalannya waktu
hanya diprioritaskan untuk komersil saja, sehingga “ruh” dari tarian itu
sendiri semakin hilang. Tuntutan zaman membuat Tari Topeng mengkreasikan
tariannya sehingga berbeda dari versi asli dari tarian itu. Identitas dari
tarian yang mulai memudar karena para penari tidak lagi menari dengan “rasa”.
Sebuah tarian yang dahulu sangat berdampak besar pada kehidupan masyarakat
Cirebon, yang mana masyarakat Cirebon mengenal Islam melalui Tari Topeng
Cirebon.Terdapat juga sebuah perbedaan metode pembelajaran dan pengajaran
antara Sanggar yang berada di Desa dan Kota. Sanggar yang terletak di Kota
hanya mengajarkan Tari Topeng dalam aspek teknis semata dan tidak didasari oleh
pengetahuan yang kuat akan sejarah dan makna-makna yang terkandung didalamnya.
Seorang penari harus mengerti dan paham mengenai makna-makna
maupun sejarah Tari Topeng sangatlah penting. Pengetahuan akan sejarah dan
makna-makna Tari Topeng dipercaya dapat mempengaruhi penari baik ketika tampil
atau bahkan dalam kehidupannya sehari hari. Terdapat Wiraga, Wirahma, dan Wirasa,
yang menjadi tiga unsur yang penting dalam kesenian Tari Topeng. Wiraga adalah
unsur yang menyangkut tentang raga atau tubuh dimana sang penari harus dapat
menarikan setiap gerakan dengan baik dan benar, kemudian Wirahma adalah unsur
dimana ketika sudah menguasai tubuh, penari pun harus menyesuaikan tubuhnya
dengan irama yang ada. Harmonisasi antara gerak tubuh dan irama musik adalah
unsur-unsur yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh sang penari. Lalu, Wirasa
yang merupakan unsur terakhir dan unsur paling penting, dimana ketika penari
sudah menyelaraskan gerak tubuh dan irama musik, penari juga harus memiliki
“rasa” dalam menari itu sendiri. Untuk membangun Wirasa pada sebuah tarian
dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran yang tinggi, dimana penari harus juga
bersungguh-sungguh dalam menghayati setiap gerakan dan memahami seutuhnya
tarian tersebut. Pentingnya memahami dan mengerti tentang makna-makna Tari
Topeng juga dapat berdampak kepada kepribadian penari itu sendiri, karena
ketika mereka memahami dan menghayati makna-makna Tari Topeng yang mengandung
nilai kehidupan bahkan nilai-nilai islam, mereka akan perlahan
mengimplementasikan kedalam kehidupannya sehari-hari.
Dahulu Tari Topeng sendiri hanya dimainkan oleh
satu orang yang mana ia menarikan 5 wanda dengan kostum berwarna netral seperti
hitam atau putih, kemudian ia hanya mengganti kedok atau topeng yang dipakai
ketika pergantian lakon yang ditarikan. Pertunjukan Tari Topeng dalam bentuk
awalnya adalah pertunjukan yang sangat lama durasi waktunya. Satu wanda yang
ditarikan bisa mencapai 2 jam pertunjukkan, oleh karena itu Tari Topeng saat
ini adalah bentuk ringkas dari versi aslinya. Makna-makna yang terkandung dalam
Tari Topeng begitu mendalam sehingga dapat menjadi media dakwah dalam
menyebarkan ajaran Islam di wilayah Cirebon.
Berikut adalah makna-makna yang terkandung dari kelima wanda
topeng :
1. Topeng Panji
Topeng Panji merupakan tahap awal dari kelima wanda
Tari Topeng. Kostum yang dominan berwarna putih merupakan cerminan dari bayi
yang baru lahir, dimana putih adalah simbol kesucian. Topeng Panji merupakan
penggambaran tahap awal dalam kehidupan manusia, yaitu bayi. Gerakan Topeng
Panji cenderung diam dan tidak memiliki banyak gerakan. Berbanding terbalik
dengan gerakan yang cenderung diam dan halus, iringan musik topeng Panji
memiliki tempo yang cepat dan keras. Gerakan tari dan musik terlihat tidak
selaras dan harmonis, karena sangat bertolak belakang. Namun terdapat maksud
yang ingin disampaikan dalam ketidak-harmonisan ini, yaitu musik dengan tempo
keras dan cepat merupakan penggambaran dari sebuah godaan-godaan yang bersifat
negatif terhadap seorang manusia. Nilai Islam yang ingin disampaikan adalah
bagaimana seoorang manusia harus tetap tenang ketika godaan-godaan tersebut
datang menghampirinya, ia harus tetap tenang dan berpegang teguh kepada Allah
SWT. Panji juga merupakan akronim dari Mapan ning Kang Siji yang berarti bahwa
manusia harus percaya atau teguh pada yang Satu, yaitu Allah SWT.
2. Topeng Samba
Tahap kedua dari Tari Topeng Cirebon adalah Topeng
Samba. Samba menggambarkan tentang tahap kehidupan selanjutnya, yaitu masa
anak-anak. Menggambarkan anak-anak yang memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi, dimana selalu mencari sesuatu yang baru. Gerakan tari Samba lebih
lincah dan ceria, menggambarkan sifat anak-anak yang selalu ingin bermain.
Dalam gerakan Samba terdapat gerakan bernama Jawil berarti menyapa atau
mengajak, yang mana maksud dari gerakan ini adalah seorang anak-anak yang
mengajak temannya untuk melakukan suatu hal baru. Samba merupakan akronim dari
sami’un dan basirun yang artinya melihat dan mendengar. Nilai islam yang
diajarkan oleh Topeng Samba adalah bahwa seorang manusia harus melihat hal-hal
yang baik saja dan menjauhkan hal-hal yang buruk. Lalu, seorang manusia harus
mendengar hal-hal yang baik pula yang mana seorang manusia harus menjaga mata
dan telinganya, seperti yang diajarkan dalam Islam.
3. Topeng Rumyang
Topeng Rumyang adalah tahap ketiga dalam gambaran
tahap kehidupan manusia, yaitu masa remaja. Rumyang menggambarkan seorang
remaja yang baru akil baligh, yang mana seorang sedang mencari jati dirinya.
Rumyang berasal dari kata harum dan miyang. Harum yang berarti bau yang wangi
dan miyang yang berarti pergi. Rumyang menyampaikan bahwa seorang manusia harus
meninggalkan kesan yang baik ketika ia sudah pergi atau meninggal dunia.
Manusia yang harus meninggalkan bau yang harum ketika ia meninggal dunia.
Terdapat arti lain dari Rumyang, yang mana berasal dari kata Harum dan Hyang.
Hyang berarti Tuhan yang maha esa. Menjelaskan bahwa seorang manusia juga harus
selalu mengharumkan nama Tuhan yang Maha Esa. Mengharumkan nama Allah SWT
dengan cara berdzikir dan berdo’a kepadaNya.
4. Topeng Tumenggung
Tumenggung penggambaran tentang manusia yang
bijaksana. Tahap kehidupan seorang manusia dewasa yang memiliki tanggung jawab
dan sudah lebih dewasa. Tumenggung yang berasal dari kata tumen/temen/temenan
yang berarti sungguh-sungguh dan Gung yang berarti Agung. Gerakan Topeng
Tumenggung lebih tegas dan berenergi, yang mencerminkan ketegasan dan
kebijaksanaan dari lakon Tumenggung sendiri. Tumenggung juga dicerminkan
sebagai sosok prajurit yang memiliki sifat bijaksana dan juga tegas dalam
mengambil keputusan. Penggambaran sosok prajurit yang memiliki dedikasi penuh
dan loyalitas layaknya seorang pahwalan. Sifat-sifat ini ditujukan agar
masyarakat dapat meniru sosok Tumenggung ini. Topeng ini juga menyampaikan
pesan tentang pentingnya hubungan sesama manusia dan mengembangkan nilai Silih
Asih, Silih Asah dan Silih Asuh, yang berarti Saling Mengasihi, Saling
Mengingatkan dan Saling Menjaga.
5. Topeng Kelana
Topeng Kelana adalah tahap terakhir dari kelima wanda
Tari Topeng dan juga tahap terakhir dari kehidupan manusia, yaitu usia senja.
Topeng Kelana menggambarkan kemarahan dan angkara murka dari seorang penguasa.
Dengan pakaian dan topeng yang dominasi berwarna merah mencerminkan kemarahan
dan kemurkaan seseorang. Topeng Kelana juga sering disebut sebagai jelmaan dari
Rahwana. Kelana yang berasal dari kata Kala Ana yang mana artinya adalah selagi
ada. Menggambarkan seorang penguasa yang memiliki prinsip “selagi ada” atau
selagi dia berkuasa, jadi dia dapat melakukan hal-hal dia inginkan. Tari Topeng
Kelana menunjukkan “sisi gelap” dari seorang manusia. Sisi gelap seperti
memiliki sifat ambisi yang haus akan hasrat duniawi. Kelana tidak hanya topeng
yang menunjukkan sisi gelap dari sifat manusia tetapi juga memiliki makna
positif yang disampaikan. Kelana sendiri berarti Kembara atau Mencari. Yang
mana manusia dalam menjalani kehidupan harus mencari atau ikhtiar dalam
menjalani kehidupan dan mencari rezeki.
Namun saat ini masyarakat tidak begitu memahami pesan apa
yang disampaikan oleh Tari Topeng dalam setiap pertunjukkannya. Terkikisnya
pengetahuan ini pun menjadi pemicu terjadinya degradasi makna dari Tari Topeng.
Perubahan makna yang bermula dari sebuah tuntunan yang mengajarkan tentang
nilai-nilai islam, kini hanya menjadi tontonan semata tanpa tahu nilai-nilai
apa yang terkandung didalamnya. Peran Tari Topeng Cirebon dahulu menjadi sangat
penting karena berandil besar dalam penyebaran Islam di wilayah Cirebon.
Seiring perkembangan zaman dan terjadinya komodifikasi budaya yang mana
kebudayaan harus mengikuti arus globalisasi agar tetap bertahan. Nilai-nilai
Islam yang terkandung dalam Tari Topeng Cirebon mengajarkan tentang bagaimana
seorang muslim untuk menjadi kepribadian yang baik.
Tari Topeng mengajarkan tentang bagaimana
seseorang untuk berpegang teguh pada Tuhan yang Maha Esa, menjadi pribadi yang
tahan terhadap godaan apapun dan lainnya. Makna-makna Tari Topeng ini penting
untuk diketahui oleh masyarakat, karena dapat membawa dampak positif terhadap
penontonnya. Dengan mengetahui makna-makna dari Tari Topeng ini tidak hanya
membawa efek positif tetapi juga membantu Tari Topeng untuk mempertahankan
tujuan dan identitas dari Tari Topeng itu sendiri. Karya ini bermaksud untuk
membuka kembali pikiran masyarakat ketika menonton Tari Topeng
0 komentar:
Posting Komentar