Seni tari pada dasarnya adalah pemberian kualitas pada gerak
di dalam suatu bingkai permainan waktu dan ruang. Untuk mengungkapkan hal
tersebut penari adalah motornya, penjelasan ini menunjukan begitu pentingnya
kemampuan si penari dalam memberi kualitas gerak, agar tarian itu menghasilkan
sesuatu yang ekspresif.
Suatu gerak memang mempunyai kekuatan ekspresi. Akan tetapi,
apabila gerak tersebut diturunkan dengan gerak-gerak lainnya, maka ia akan
dapat memberi pengungkapan yang lebih lengkap dan berarti sebagai suatu
ekspresi. Selanjutnya penari perlu sadar bahwa dirinya adalah bagian dari
lingkungannya, sehingga apa yang dihasilkan adalah kesan dari lingkungannya
sebagai akibat dari pengalaman, baik pengalaman intelektual maupun fisik.
Supaya kita bisa masuk kedalam Karakternya kita juga harus
mengetahui sosok si Topeng misalnya si Topeng si Topeng ini harus menyatu
dengan penari yang membawakannya, Topeng itu benda mati, Topeng itu terbuat
oleh kayu yang tidak bisa bergerak sendiri tanpa kita gerakkan, tetapi jika
kita menggerakan si topeng akan lebih terlihat bernyawa. Adapun yang membedakan
si Topeng tersebut adalah geraknya, musik, sejarah, latar belakang dan letak
geografisnya. Disini kami terletak di dekat pantai yang otomatisnya musik atau
tariannya akan seperti ombak yang begitu keras terdengar. Ada juga yang
membedakan penari Topeng di Jawa Barat dengan Jawa lainnya yaitu penari topeng
itu banyak tetapi yang penari yang bersungguh-sungguh hanya sedikit, dan untuk
masuk kedalam karakter si Topeng harus benar-benar memahami mimik wajah dari si
Topeng itu sendiri.
Nafas yang di ambil disaat menari bisa di ambil di lubang
mata, lubang hidung, lubang mulut tidak hanya melalui ketiga itu kita juga
harus pintarpintar atur nafas melalui perut supaya tidak terengah-engah di saat
menari. Di gerak pun ada tanda baca sama dengan kita menulis tidak terus saja
menari, ada kalanya di saat koma kita bisa mengatur nafas yang cukup panjang
dan di saat titik bisa lebih tegas.
Kesulitan dalam memakai Topeng tentulah ada tetapi bagai
mana orang yang menjalananinya, kalau hanya sekedar bisa itu gampang karena
hanya digigit saja, tetapi jika ingin bersungguh-sungguh kesulitan untuk bisa
memainkan Topeng cukup lama karena kita harus benar-benar memahami kerakter
Topeng seperti apa contohnya di saat Topeng bahagia tertawa tangan dan bahu
harus ikut bergerak, disaat Topeng Marak kepala kita melihat ke atas. Penari
harus mengikuti kemauan Topeng tetapi dari penari ini harus menjadikan si
Topeng ini diri kita sendiri, seperti berkaca si penari harus bisa
mengekspresikan bahaa si Topeng tertawa, marah dan bahagia. Emosinya akan
keluar dengan sendirinya menyerupai si Topeng. Karakter Klana itu ada yang
Drodos, dangak yang dua-duanya mempunya makna yang sama yaitu serakah dan tidak
mau mengalah. Jika kita bersungguh-sungguh kita akan bisa mendalami karakter Topeng
tersebut.
Adapun beberapa hal yang dapat dijalani yang berkaitan dengan kualitas kepenarian (dalam hal ini salah satunya
tentang ekspresi) Menurut Aerli Rainah pada tanggal 12 Maret 2016 adalah :
1. Nafas
Nafas bagi seorang penari adalah sesuatu hal yang sangat
menentukan berhasil tidaknya ia membawakan tariannya. Oleh sebab itu pengaturan
nafas ini yang terkait dengan aspek spiritual. Sebagai contoh, puasa adalah
salah satu aspek penting supaya nafasnya menjadi baik. Cara bernafas dalam menarikan topeng,
faktor kesulitannya adalah saat menggigit kedok. Mengigit kedok akan sangat
mudah seandainya cara menarik nafasnya dilakukan melalui rongga mulut. Dengan
demikian, cara yang baik ketika menarik nafas yaitu melalui perut. Dari
beberapa karakter tarian topeng, topeng Panji dirasakan yang paling berat.
Walaupun geraknya kecil-kecil dan sangat minimalis, ternyata di dalamnya
memiliki cara pernafasan yang cukup menyita tenaga dan cukup berat, terutama
pada saat menahan gerak yang posisinya banyak terdiam diri.
2. Aksen atau Tekanan
Selanjutnya menjalankan apa yang disebut aksentuasi. Aksen
atau tekanan yaitu penggunaan tenaga yang tidak merata, ada bagian gerak yang
hanya sedikit menggunakan tenaga, tetapi ada pula yang banyak menggunkan
tenaga. Misalnya, pada ragam
jangkahan, atau gedig langkah kaki pada gerakan ini pada awalnya kurang
bertenaga. Maka pada saat kaki (baik kaki kanan maupun kaki kiri) lebih diberi tenaga, sikap kedua pun yang
tadinya berada di bawah bahu.
3. Kreativitas
Menurut Aerli Rasinah dalam buku Menari untuk dunia
(2015:56) Kreativitas adalah kegiatan mental yang sangat individual sebagai
manifestasi kebebasan manusia sebagai individu. Kreativitas menerjunkan
seseorang ke dalam keadaan ambang, yaitu keadaan yang „ada‟ dan „belum ada‟
seseorang yang kreatif selalu dalam konsisi „kacau‟, rincuh, kritis, gawat,
mencari-cari mencoba-coba untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada dari
tatanan budaya yang pernah dipelajarinya. Dalam kreativitas diperlukan
keberanian yang kreatif. Bukan terbatas pada keberanian dalam menghadapi
dirinya dalam keadaan gawat, tetapi juga keberanian dalam menghadapi
kebudayaannya, lingkungannya, masyarakat, dunia, dan sejarah
4. Interpretasi
Kedudukan seorang koreografer dan penari adalah sama.
Keduanya didudukan sebagai seniman. Hal ini berarti menunjukan kedua sama-sama
mempunyai intrepretasi atau penafsiran. Seorang penari tanpa memiliki sebuah
intrepretasi berarti mempunyai kesan yang bersifat mekanis. Bagai robot yang
hanya bisa bergerak apabila dikendalikan remote control.
menurut Janet Adshead yang dikutip oleh Sal Mugianto
(1997:77) dapat di lakukan berdasarkan atas beberapa konsep, latar belakang,
sosial budaya, kontekstual, gendre dan gaya dan tinjauan atas pokok maslah yang
di ungkapkan. Sebuah intepretasi dapat dikatakan tak ada yang „paling benar‟.
Namun, seseorang kritikus biasanya dapat memberikan tekanan pada kaitan antar
elemen yang berbeda: formal, representasional, ekspresif dan historis. Seorang
dalang topeng mempunyai kebebasan dalam menginterpretasikan aturan-aturan
tradisinya sesuai dengan ruang dan waktu, baik dalam gerak, busana, musik
maupun temanya. Namun tak berarti sebuah interpretasi dapat dilakukan semuanya,
artinya harus logis dan dan berdasarkan fakta-fakta yang saling terkait secara
rasional. Seperti yang telah diketahui bahwa tokoh-tokoh yang dibawakan dalam
topeng Cirebon, mulai dari tema hingga karakter mengandung makna simbolik yang
terkait dengan filsafah kehidupan tentang manusia. Setiap tarian terkandung tokoh, tema sekaligus tentang karakter.
Hal semacam ini pula yang kemudian di interpretasikan sesuai dengan kemampuan
dan pengalamannya. Masuk kedalam tokoh dan karakter saya akan mengangkat
tentang tokoh Klana yang di interpretasikan dengan tokoh Rahwana atau Raksasa.
Bahwa penokohan dalam tari topeng Cirebon menjadi tidak penting adanya karena
penekanan tampilannya terletak pada karakteristik tarinya. Kalaupun demikian,
interpretasi karakter yang bermuara pada tokoh-tokoh tentunya, tetapi menjadi
penting untuk difahami karena sangat berkaitan dengan karakter tari yang akan
dibawakan.
0 komentar:
Posting Komentar